Facebook
RSS

Khotbah Jumat Bikin Ngantuk? Saya Tau Kenapa!

-
lucky

Waktu sholat Jumat tadi barusan, orang yang duduk pas di sebelah saya menguap terus pas khatib mulai naik mimbar untuk berkhotbah. Nda perlu menunggu lama setelah itu, anak muda itu langsung tidur pulas dengan posisi duduk bersila. Padahal perasaan tadi yang khotbah bukan Romi Rafael…
Ini bukan pemandangan yang unik. Saya sudah ketemu orang tertidur di waktu khotbah sejak pertama kali Bapak saya menggandeng tangan saya yang kecil menuju masjid untuk sholat Jumat. Yang bikin jadi unik adalah karena dia tepat berada di sebelah saya dan saya mengikuti semua prosesinya mulai dari proses menguap, proses memejamkan mata, proses tangan mulai menopang kepala, proses tidur yang nikmat dengan mulut sedikit terbuka sampai proses terakhir waktu saya menepuk bahunya supaya dia cepat sadarkan diri karena sholat sudah mau dimulai.
Tidurnya total abiiiis!
Lalu yang jadi pertanyaan:
Ini tidak cuma terjadi di masjid dekat rumah saya saja kan?
Fenomena ini sudah kamu temui sejak kamu kecil kan?
Dan apa kamu yakin kalo jumatan minggu depan pasti tetap ada jemaah yang tidur pas waktu khotbah?
Kalo kamu menjawab ketiga pertanyaan di atas dengan YA. Maka jelaslah ada yang SALAH.
sholat jumat
Sebelumnya tolong jangan lupa bahwa saya ini blogger, bukan ahli agama. Saya cuma satu dari jutaan umat Islam yang berjalan mengikuti para ulama. Sekali lagi ini sekedar opini dan usulan saya untuk para ulama dan calon ulama yang saya cintai, supaya umat kita menjadi lebih kuat dan tidak tidur ketika khotbah. Jadi kalo ada yang kesinggung atau marah dengan pendapat saya nanti, silakan berwudhu dan sholat dua rakaat supaya marahnya hilang. Okeh? Piss yo!
Oke sekarang saya perlu sedikit serius… :)
Mari kita berangkat dari hal mendasar bahwa tidak ada satu helai daun pun yang lepas dari dahannya dan terjatuh ke bumi tanpa sepengetahuan dan sepersetujuan Allah. Begitu juga dengan hadirnya orang-orang yang mengantuk dan tertidur pada saat khotbah jumat itu, mereka ada di sana dan tertidur atas sepengetahuan dan sepersetujuan Allah.  Dengan kata lain Allah mengizinkan mereka tertidur ketika khotbah sedang disampaikan. Mengapa Allah mengizinkan mereka tidur? Saya yakin itu adalah pertanda langsung dari-Nya bahwa benar-benar ada yang TERLUPAKAN dalam proses penyampaian khotbah jumat!
Nulis artikel ini saya ngetik pake tangan dan berpikir pake otak. Dua organ itu semua pemberian Allah. Dan kolaborasi antara dua organ itu menuliskan pendapat saya bahwa para ulama kita kurang tanggap menghadapi kerasnya zaman. Para ulama kita sudah ada dalam taraf keimanan yang terlalu tinggiiii sekali jadinya susah lagi turun ke bawah untuk sekedar merasakan dan membantu umatnya yang sedang bersusah payah menghadapi masalah-masalah keimanan yang mungkin sepele saja menurut para ulama tadi.
Sebut saja misalnya persoalan video porno. Untuk para ulama kita yang hidup tenang dalam kedamaian Islam dan kenikmatan akidah yang dalam, jangankan ketemu sama DVD-nya, kata-kata ‘video porno’ atau ‘bokep’ saja tidak pernah mereka dengar dalam lingkungan kesehariannya. Bandingkan dengan beberapa dari kita-kita ini yang harus berjuang keras dengan iman yang pas-pasan untuk nolak tawaran teman yang mau meminjamkan DVD porno ke kita. Beda sekali. Dua kutub yang sangat jauh terpisah. Dalam hal ini para ulama harus turun dan melihat kondisi umatnya di zaman super edan ini.
Narkoba, prostitusi yang legal, pergaulan bebas, situs porno di internet dan sebagainya itu semualah musuh-musuh kita dalam peperangan memperjuangkan eksistensi keimanan ummat. Ini benar-benar bisa disimbolkan sebagai perang yang besar antara kita umat Islam melawan zaman yang edan tenan. Para khatib saya ibaratkan sebagai panglima-panglima perang yang bertugas memberi kita instruksi bagaimana teknik bertempur yang benar supaya kita bisa memenangkan pertempuran. Sayangnya, para panglima itu dari tahun ke tahun tetap berkata, “Marilah kita berperang dengan penuh semangat.. Jangan pernah menyerah..”
Itu mah anak kecil juga tau kallleeee, Om!
Makin lama perang melawan zaman edan makin memakan banyak korban. Dan bisa jadi korban berikutnya adalah anak-anak kita tercinta. Ini tanggung jawab para ulama untuk membekali kita dengan senjata perang yang memadai. Para ulama mestinya lebih KREATIF mencari solusi bagaimana supaya khotbah menjadi menarik bagi umatnya. Jangan terus menerus berkata, “Marilah kita menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya,” karena zaman edan sudah terlalu tangguh untuk dilawan hanya dengan kalimat klasik itu!
Saya sudah dengar kalimat khas khotbah Jumat di atas sejak saya kecil. Waktu terus bergulir, puluhan tahun berlalu dan para khatib masih mengucapkan kalimat yang sama. Seolah-olah mereka datang ke masjid dengan menumpang mesin waktu. Datang dari tahun 1986. Wets, jadul yak!
Kita ini butuh sesuatu yang bersifat wejangan teknis. Misalnya para khatib kita membahas tentang bagaimana cara mengupayakan agar televisi di rumah tidak merusak moral anak kita. Apa kira-kira yang harus dilakukan orang tua ketika anaknya terlalu sering main-main ke warnet atau game center. Kemudian coba menghubungkan masalah-masalah kita sehari-hari itu dengan Al Quran dan Hadist, dua pegangan kita yang tak pernah usang dimakan waktu. Beres kan? Cuma dibutuhkan sedikit KREATIVITAS untuk membuat khotbah Jumat benar-benar menjadi KEBUTUHAN ummat, bukan sekedar pengantar sebelum sholat didirikan.
Kalo dirasa solusi saya tentang tema-tema khotbah Jumat di atas dirasa belum cukup, maka berikut ini beberapa solusi lain yang bisa saya berikan. Karena saya tidak suka mengkritik tanpa solusi.
1. Tolong pakelah alat bantu yang lebih canggih
Saya bukan mau berhadapan dengan pihak-pihak tertentu, tapi menurut saya sudah jamannya sekarang khotbah Jumat menggunakan laptop dan proyektor. Dengan alat bantu teknologi seperti itu bisa dipastikan jemaah bisa dibantu dalam memahami apa yang disampaikan. Dengan bantuan gambar atau potongan film Islami untuk indera penglihatan jemaaah, saya yakin materi khotbah akan lebih efisien dan mengena. Angka ketiduran jemaah di saat khotbah saya rasa bisa ditekan dengan khotbah yang lebih visual.
Beberapa orang mungkin akan bilang, “Heh, ngomong apa kamu ini? Mau ngapain pake proyektor segala di masjid?”
Saya cuma bisa menjawab, “Kalo memang khotbah tidak butuh alat bantu seperti proyektor, silakan adzan dan khotbah tanpa dibantu microphone, speaker dan seperangkat alat equalizer. Mau nda kamu?”
2. Upgrade Pengetahuan Para Khatib
Tentu saja bukan ilmu agama para khatib yang saya usulkan untuk di-upgrade, tapi upgrade pengetahuan mereka tentang fenomena budaya, sosial dan teknologi yang sedang terjadi di masyarakat. Para khatib harus sering nonton televisi dan melihat bagaimana acara-acara reality show yang pukul-pukulan setiap sore ditonton anak-anak di bawah umur. Para khatib harus sering jalan ke warnet melihat anak-anak remaja yang menonton aurat perempuan lewat situs porno. Para khatib harus mengamati pola kehidupan masyarakat sekarang yang suka dugem dan minum minuman keras. Kemudian para khatib itu MEMBERIKAN SOLUSI kepada ummat bagaimana mengatasi semua godaan-godaan itu beserta apa saja hukuman yang bakal ditanggung di akhirat kelak.
Apabila khatib tidak meng-upgrade pengetahuan mereka tentang fenomena-fenomena terkini, maka jangan heran bila anak muda sekarang tidak merasa memiliki agamanya karena mereka tidak mendapat solusi dari masalah-masalah mereka melalui ceramah agama.
Hal-hal yang berkaitan dengan hukum-hukum tentang video porno, situs porno atau fenomena dugem memang tidak tertera secara persis dan eksplisit dalam Al Quran dan Hadist. Tugas para ulama untuk menjembatani antara kondisi yang ada dengan hukum-hukum dasar Islam yang fleksibel untuk segala zaman.
3. Perkenalkan para calon ulama dengan kehidupan yang kacau sekarang ini
Santri-santri di pesantren itu kan calon-calon ulama di masa depan. Tapi kata sepupu saya yang dulu sempat mengeyam pendidikan di pesantren (ini beneran lho ya, bukan tokoh fiktif. Nama sepupu saya itu si Ical),  dia pernah cerita tentang kegiatan dia di pesantren dan menurut saya kegiatan mereka sehari-hari juga kurang diperkenalkan dengan dunia yang bakal mereka hadapi nanti.
Sebagai contoh, menurut sepupu saya tadi, Si Ical, mereka diperbolehkan menonton televisi hanya pada saat tertentu itupun cuma boleh acara berita. Bagaimana kita bisa berharap ulama kita di masa depan mau memberantas tontonan-tontonan televisi yang tidak bermoral kalo mereka nda pernah diperlihatkan dan disadarkan dengan tontonan yang ‘aje gile’?
Santri-santri itu juga kurang diperkenalkan langsung dengan potensi buruk internet. Kurang diperlihatkan semudah apa seseorang bisa mengakses informasi apapun termasuk aurat wanita. Mengapa santri-santri kita tidak diajari teknologi terbaru berupa aplikasi dan software untuk memblokir situs porno di jaringan internet rumahan? Kan canggih tuh. Dan saya rasa banyak kok orang-orang jago IT di Indonesia selain Roy Suryo (melulu) yang bisa ngajar teknik-teknik blokir situs porno. Sebut saja misalnya Boy Suryo, Toy Suryo bahkan Coy Suryo. Oke, Coy?
Mungkin saat ini saya belum bisa memberi segudang solusi, tapi masih lebih baik daripada tidak ada solusi sama sekali. Saya sih cuma bisa berharap tulisan ini bisa sampai kepada pihak-pihak yang terkait yang kemudian akan mempertimbangkan esensi dari tulisan saya ini tanpa disertai pikiran negatif.
Kita tidak pantas berharap kejayaan Islam berikutnya akan segera datang menghampiri kita selama fenomena jemaah yang tidur waktu khotbah kita diamkan dan kita anggap hal yang biasa saja.
Saya adalah satu dari jutaan ummat Islam. Dan inilah saya bersuara.
Bagaimana dengan suara kamu, saudaraku?
UPDATE:
Setelah beberapa bulan, artikel saya ini menuai begitu banyak komentar dari segenap saudara seiman dari seluruh Indonesia. Ada yang pro dan ada yang kontra. Ada yang menyampaikan komentar dengan baik dan ada pula yang tidak. Tapi yang namanya sebuah ide/masukan pastinya tidak bisa membuat semua pihak setuju. Dan untuk semua komentar yang masuk saya ucapkan banyak terima kasih atas respon terhadap ide saya.
Saya mau mengucap terima kasih juga kepada saudara Slamet Sutrisno dan Sugeng yang sudah memperingatkan kepada saya bahwa kalimat “Marilah kita menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya,” adalah bagian dari rukun khotbah Jumat. Saya khilaf dan lupa dengan hal itu dan saya berterima kasih sudah diingatkan. Alhamdulillah masih ada yang mau mengingatkan saya. Thanks ya, bro!
Saya tidak tau kenapa, tapi kok saya sangat-sangat percaya bahwa khotbah menggunakan proyektor sebagai alat bantu itu akan sangat berguna dalam penyampaian khotbah Jumat. Mungkin karena keterbatasan saya dalam menulis sehingga kurang mampu mentransfer imajinasi dan visi saya ke dalam imajinasi para pembaca artikel saya. Simpelnya, saya membayangkan duduk bersila di masjid mendengarkan khotbah, terus saya membayangkan khatib memperlihatkan gambar tata surya kita lewat proyektor. Saya bisa meliat betapa luasnya angkasa raya ciptaan Allah dan saya takjub melihat gambar itu. Dibandingkan dengan hanya mendengar kalimat “Langit, bumi dan seluruh jagat raya ini adalah ciptaan Allah!”. Yang ingin saya sampaikan di sini bahwa apabila unsur audio (suara sang khatib) dipadukan dengan unsur visual (penglihatan) maka akan sangat dahsyat untuk menggugah perasaan jamaah.
Mungkin bagi sebagian orang ide saya ini kurang berkenan. Tapi saya tetap yakin bahwa ide ini bisa membuat khotbah Jumat lebih ‘menarik perhatian’ jemaah. Saya berbicara mewakili zaman di mana saya hidup.
Saya mengenal Rasulullah dalam berbagai literatur baik lewat Al Quran, sabda-sabda beliau dalam Hadist, maupun lewat buku-buku yang menceritakan kisah hidup Rasulullah. Setau saya, beliau tidak selalu mempermasalahkan tentang RUKUN. Beliau sangat fleksibel. Islam itu fleksibel. Cuma masalahnya ketika Islam harus dicerna oleh manusia-manusia dengan budaya seremonial yang kental, maka rukun-rukun itu kemudian menjadi hukum yang tidak boleh diusik walaupun demi kebaikan.
Setau saya Rasulullah memperbolehkan kita melakukan bid’ah hasanah sepanjang hal itu tidak menentang syariah. Kalo boleh saya kutip hadist yang diriwayatkan oleh Shahih Muslim hadist no.1017, demikian pula diriwayatkan pada Shahih Ibn Khuzaimah, Sunan Baihaqi Alkubra, Sunan Addarimiy, Shahih Ibn, sabda beliau: “Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat-buat hal baru yg buruk dalam islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yg mengikutinya dan tak dikurangkan sedikitpun dari dosanya”. Jadi jelas bahwa kita bisa melakukan bid’ah hasanah karena kita punya otak yang dianugerahkan Allah pada kita.
Islam bukan cuma seumur kita, Islam akan ada selamanya 100 bahkan ribuan tahun lagi! Bila kita tidak mengikuti perkembangan zaman di mana kita hidup, suatu hari nanti anak cucu kita akan kesulitan bertahan dalam keimanan karena tidak sanggup melawan hantaman zaman. Untuk itu kita perlu menggunakan otak yang dianugerahkan pada kita untuk melihat kondisi zaman di mana kita hidup dan mencari solusi untuk hal ini.Dan silakan baca hadist di atas. Rasulullah tidak melarang kita untuk membuat hal baru yang membawa dampak baik bagi Islam!
Yang saya tulis di artikel saya memang termasuk bid’ah. Dan saya tidak keberatan orang-orang sibuk pro dan kontra. Asal jangan kelamaan debatnya. Orang-orang barat sana memborbardir kita dengan budaya edan dan kita masih sibuk berdebat soal proyektor di saat anak-anak kita asik nonton MTV!
Saya tidak membela diri atau sedang berusaha mempertahankan ide saya. Lagian 90% dari komentar yang masuk malah mendukung ide saya. Saya cuma menulis tambahan untuk artikel di atas untuk memperjelas maksud saya. Kalo misalnya masih ada yang tidak suka ya terserahlah. Toh otak kita sama-sama buatan Allah, kan? Dan otak anda adalah otak anda, saya tidak punya hak memaksa anda untuk menggunakan otak anda. Mau dipake atau tidak dipake kan terserah anda. Ya nggak?
Sebagai bukti, beberapa komentar yang masuk mengatakan bahwa di masjid kampus Universitas Indonesia (UI), proyektor sudah digunakan sebagai alat bantu dalam khotbah. Dan saya yakin, anda tidak harus menjadi manusia secerdas saudara-saudara kita di UI hanya untuk menyadari bahwa alat bantu proyektor itu benar-benar berguna!
Btw, saya percaya dan yakin seyakin-yakinnya Rasulullah tidak bakal mencaci maki saya karena punya ide seperti ini.  Beliau itu bijaksana. Dan terutama lagi: beliau itu cerdas! Saya tidak bilang yang mencaci maki saya itu orang-orang bodoh lho ya…
Suatu hari nanti, khotbah di masjid akan menggunakan proyektor sebagai alat bantu. Saya tidak tau kapan. Mungkin 10, 50 atau bahkan ribuan tahun lagi. Tapi saya yakin, hari itu akan datang! Sama halnya dengan microphone dan speaker yang sudah hadir di masjid sejak seabad yang lalu. Saya yakin itu.
Saya yakin sekali.
Oke deh sekarang sudah larut malam, waktunya istrahat. Sekali lagi saya mau berterima kasih untuk semua komentar yang masuk. Mohon dimaafkan bila beberapa kali saya agak ‘panas’ dalam menanggapi komentar yang ada. Bukan maksud untuk mencari lawan, tapi sekedar memamerkan kekurangan saya sebagai manusia biasa.
Salam hangat buat anda semuanya. Mudah-mudahan Allah memperlihatkan jalan yang terbaik untuk meningkatkan kualitas khotbah Jumat di negara kita.
Amin…

Leave a Reply